FTA ASEAN-China Akan Meningkatkan Angka Pengangguran dan Kemiskinan


(foto: dok detikFinance)

Indro Bagus SU – detikFinance

Jakarta - Pelaksanaan perdagangan bebas ASEAN dengan China (China-ASEAN Free Trade Agreement/CAFTA) dinilai bisa meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan. Sejumlah industri diperkirakan bakal terpukul.

Demikian dikatakan oleh Sekretaris Fraksi Partai Golkar Ade Komarudin melalui siaran persnya, Minggu (10/1/2010).

"Dengan dilaksanakannya CAFTA, industri manufaktur nasional yang selama ini dijadikan tulang punggung nasional untuk menyerap tenaga kerja akan tutup dengan sendirinya. Industri manufaktur kita tidak akan mampu bersaing dari serbuan produk-produk China. Akibatnya, angka pengangguran dan kemiskinan melonjak, karena maraknya PHK dan minimnya investasi dibidang industri manufaktur. Bila ini terjasi, bukan tak mungkin akan memicu instabilitas nasional," ungkapnya.

Menurutnya, langkah terburu-buru mengikuti CAFTA bisa sangat merugikan kepentingan ekonomi nasional. Apalagi, lanjutnya, negara-negara maju saat ini justru tengah berupaya melindungi kepentingan ekonomi nasionalnya masing-masing.

"Negara-negara maju juga bersikap demikian, bila kepentingan nasonalnya terganggu. Lihat saja sikap Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya dalam perundingan WTO, mereka berusaha dan sangat melindungi kepentingan nasionalnya," ujarnya.

Menurutnya, CAFTA akan berdampak pada ketidakseimbangan neraca perdagangan antara China dan Indonesia. "Kita hanya mampu menjual bahan baku yang belum atau setengah diolah, sementara pemerintah China sangat agresif mendorong ekspor ke luar negeri dengan skim kebijakan yang mendorong industrinya bisa bersaing secara produktif, jadi antara ekspor dan impor kita akan timpang dengan sendirinya," jelasnya.

Dikatakannya, untuk tumbuh dan berkembang industri nasional masih terkendala dengan minimnya infrastruktur, tingginya biaya tranportasi serta jasa pelabuhan yang masih berbelit. "Dengan kendala yang demikian besar, tidak etis bagi pemerintah membiarkan industri manufaktur nasional mati dengan sendirinya akibat diberlakukannya kesepakatan CAFTA," keluhnya.

Ade mengungkapkan, sektor industri yang disinyalir akan terpuruk jika CAFTA dilaksanakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT), industri petrokimia, industri peralatan dan mesin pertanian, industri alas kaki, industri fiber sintetik, industri elektronik (termasuk kabel dan peralatan listrik), industri permesinan, industri rancang bangun serta industri baja.

"Dengan Vietnam saja produk manufaktur kita sudah kalah, apalagi dengan produk China. Karena itu kami menyarakan kepada pemerintah untuk meneliti dan mengkaji produk-produk mana yang sudah siap untuk dilepas dalam rangka perdagangan bebas itu, dan bagi produk-produk industri yang belum mampu bersaing sebaiknya pemerintah melakukan renegoisasi kembali agar produk-produk tersebut ditunda dimasukkan dalam daftar perdagangan bebas China-Asean," papar dia.

Ia mengatakan, pemerintah harus membantu dunia usaha dalam upaya meningkatkan kinerja melalui regulasi, insentif dan fasilitas yang memungkinkan dunia usaha mampu bersaing secara kompetitif. Pemerintah pusat dan daerah harus sinkron dalam mengambil dan menjalankan kebijakan. "Selama ini, kebijakan pemerintah pusat, kadang-kadang dijalankan berbeda di daerah, hal itu tercermin dengan banyaknya Perda yang tidak business friendly," ujarnya.
(dro/dro)

Ulasan:

Perdagangan bebas ASEAN dengan China (China-ASEAN Free Trade Agreement/CAFTA) akan meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan. Dikarenakan Industri manufaktur yang merupakan penyerap tenaga kerja tidak akan mampu bersaing. Berakibat pada angka pengangguran dan kemiskinan melonjak, karena maraknya PHK.

Hal tersebut dapat dihindari apabila pemerintah memperhatikan dan membantu dunia usaha Indonesia salah satunya industri manufaktur, dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat diandalkan.

0 Response to "FTA ASEAN-China Akan Meningkatkan Angka Pengangguran dan Kemiskinan"

Posting Komentar