Pertumbuhan China Bantu Pemulihan Asia

BEIJING (Suara Karya) Bank Dunia mengatakan pertumbuhan ekonomi China telah membantu negara-negara berkembang di Asia Timur dari krisis global, namun bank itu mengingatkan agar kebijakan pro-pertumbuhan jangan tergesa-gesa untuk dicabut.

“Terima kasih yang besar pada China, yang produksi, ekspor dan kesempatan kerja dikawasan ini kebanyakan telah kembali ke tingkat sebelum krisis”, kata lembaga pemberi pinjaman yang berbasis di woshington itu dalam laporan terbaru untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik yang keluar dua kali setahun.

Akan tetapi mungkin terlalu dini untuk mencabut stimulus fiskal dibanyak negara pada tahap ini selama investasi swasta belum menjadi mesin pertumbuhan dan dan rakyat miskin masih menderita.

Laporan itu mengatakan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu tumbuh 10,7 persen pada kuartal keempat tahun 2009-telah meningkatkan perekonomian, terutama melalui permintaan impor yang mantap dari kawasan tersebut.

Negara-negara berkembang di Asia Timur akan memimpin perekonomian global tahun ini, kata bank itu, yang memperbarui target pertumbuhan 2010 untuk kawasan ini menjadi 8.7 persen dari perkiraan sebelumnya pada bulan November yang tumbuh 7,8 persen.

“Pemulihan menjadi kebutuhan diseluruh dunia dan pesatnya pemulihan kembali dalam pengeluaran konsumen dan berkelanjutan stimulus fiskal di China akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang di Asia Timur pada tahun 2010”, katanya

Negara berkembang di Asia Timur termasuk Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, menurut Bank Dunia, menyediakan bantuan keuangan dan teknis untuk Negara berkembang.

Kawasan ini bisa mempertahankan pertumbuhan yang cepat pada dekade mendatang, bahkan ketika perekonomian Negara maju melambat, selama pembuat kebijakan melakukan reformasi struktural, katanya.

Di China, ini berarti mengurangi ketergantungan yang besar pada ekspor, melalui pengiriman barang ke luar negri sebagai penghela perekonomian dengan meningkatkan konsumsi domestik dan mempromosikan sector jasa.

Bank Dunia mengatakan “prioritas untuk Negara berpendapatan menengah, seperti Vietnam, Filipina, Thailand, adalah meningkatkan nilai tambah” di sector manufactur.

“Berbagai kebijakan baru diperlukan untuk keluar dari kemacetan di tengah perkembangan industri dan masuk ke sektor pengetahuan dan keterampilan yang intensif”, katanya.

Sementara negara-negara miskin, seperti Kamboja dan Laos, perlu masuk ke manufactur dan mengurangi ketergantungan mereka pada sektor pertanian dan pertambangan, katanya.

Ulasan:

Pertumbuhan ekonomian China berdampak positif terhadap negara-negara berkembang di Asia Timur dari krisis global. Menurut Bank Dunia negara-negara berkembang di Asia Timur akan memimpin perekonomian global tahun ini, memperbarui target pertumbuhan 2010 untuk kawasan ini menjadi 8.7 persen dari perkiraan sebelumnya pada bulan November yang tumbuh 7,8 persen.

Menurut Bank Dunia, Pesatnya pemulihan kembali dalam pengeluaran konsumen dan berkelanjutan stimulus fiskal di China akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang di Asia Timur pada tahun 2010

Kawasan ini bisa mempertahankan pertumbuhan yang cepat pada dekade mendatang, bahkan ketika perekonomian Negara maju melambat, selama pembuat kebijakan melakukan reformasi struktural.

Bakrie & Brothers Raup Laba Rp 7,63 Triliun

JAKARTA (Suara Karya): Kinerja PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) pada tahun lalu menunjukkan performa yang mengagumkan dengan keberhasilan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 7,6 triliun dan perolehan laba usaha sebanyak Rp 701,98 milyar.

CEO & Managing Director BNBR Bobby Gafur Umar mengatakan setelah diterpa krisis pada tahun 2008, kinerja pada tahun 2009 menunjukkan perubahan yang cukup fantastis.

“Diakhir tahun 2009, perseroan secara konsolidasi berhasil membukukan Pendapatn Bersih sebesar Rp 7,63 triliun serta Laba Usaha sebesar Rp 701,98 milyar. Kinerja positif konsolidasi dari sejumlah perusahaan portofolio mendorong pertumbuhan BNBR dan turut mendukung semakin kokohnya fundamental perseroan”, kata bobby dalam siaran pers yang diterima Suara Karya, kemarin.

Dia melanjutkan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) memberikan konstribusi signifikan bagi Pendapatan Bersih BNBR sementara PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil mencatan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, ujar Bobby.

PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sepanjang kuartal keempat 2009 membukukan Pendapatan senilai Rp 3,43 triliun, atau naik 22,5% disbanding perolehan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dijelaskan oleh Bobby, kinerja cemerlang BTEL tersebut disebabkan oleh keberhasilan persero dalam melakukan penetrasi pasar. Jumlah pelanggan BTEL dengan produk Esia-nya, melonjak tajam dari 7, 3 pada tahun 2008 menjadi 10,6 juta pada tahun 2009 lalu. Saat ini BTEL merupakan operator telekomunikasi berbasis CDMA yang terbesar ke-2 di Indonesia, kata Bobby.

Sementara itu, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), juga sukses mencatatkan kinerja keuangan yang baik, kendati diguncang harga komoditas yang terus fluktuatif. Ditengah anjloknya harga CPO sepanjang tahun 2009 dari 791 dolar AS menjadi 560 dolar AS per ton. UNSP tetap mampu mencatat pertumbuhan laba bersih yang melejit 45,78 persen, dari Rp 173, 57 milyar menjadi Rp 252,78 milyar. Membaiknya harga CPO (minyak sawit mentah, crude palm oil) di tingkat internasional dewasa ini, diyakini Bobby akan terus memperkuat kinerka keuangan UNSP yang memang sangat prospektif

Menurut dia, BTEL dan UNSP telah mampu memperlihatkan peran dan kontribusi nyatanya terhadap kinerja BNBR, sehingga secara nyata berhasil memperkokoh fundamental Perseroan.

Ia optimis, segenap perusahaan di dalam portofolio investasi BNBR mampu memperlihatkan kineja yang positif, khususnya di saat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan diatas 5 persen pertahunnya. Upaya Penyehatan Ditahun 2009 BNBR, menurut Bobby Gafur Umar, juga telah berhasil merampungkan restrukturisasi hutang jangka pendeknya menjadi hutang jangka panjang yang pada pasca restrukturisasi akan jatuh tempo tahun 2012.

Ulasan:

Performa keuangan yang sangat mengagumkan telah ditunjukkan oleh PT Bakrie & Brothers (BNBR). Ditengah krisis di tahun 2008, BNBR mampu bangkit dan menunjukkan performa yang baik ditahun 2009. Performa yang baik ini ditunjukkan oleh Bakrie Telecom Tbk (BTEL) yang memberikan konstribusi yang tinggi bagi Pendapatan Bersih BNBR sementara PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) memberikan pertumbuhan laba bersih yang signifikan. Berkat kontribusi nyata BTEL dan UNSP terhadap kinerja BNBR, berhasil memperkokoh fundamental Perseroan.

RI Dapat Utangan US$ 9 Juta Dari Norwegia

Ramdhania El Hida – detikFinance

Jakarta - Pemerintah Indonesia mendapatkan utang dari Norwegia senilai US$ 9 juta dan hibah senilai US$ 6 juta. Dana ini digunakan untuk membangun sistem monitor arus lalu lintas laut (The Vessel Traffic Services System) di bagian utara Selat Malaka, Sumatera.

Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto, pembangunan sistem ini untuk meningkatkan pengamanan laut di wilayah tersebut dan meningkatkan pencarian dan penyelamat di kawasan itu.

"Di wilayah Malaka karena jalur paling sibuk," ujarnya usai penandatanganan pinjaman dan hibah ini di kantor Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (25/3/2010).

Utang senilai US$ 9 juta tersebut memiliki bunga 0% dengan jangka waktu 10 tahun dan masa tenggang 1,5 tahun yang kemudian diperpanjang menjadi 3 tahun.

"Dengan bunga 0% dan jangka waktu 10 tahun serta ada hibah juga US$ 6 juta, saya rasa akan sangat mudah. Mereka betul-betul ingin membantu Indonesia karena dengan ekonomi dunia menjadi lebih baik, mereka juga menikmati baiknya iklim perdagangan," ujar Rahmat.

Rahmat menyatakan pinjaman dari Norwegia ini merupakan pinjaman pertama kali pada masa jabatannya sebagai Dirjen, sedangkan untuk hibah, merupakan ketiga kalinya.

"Ini merupakan grand (hibah) ketiga yang kita tandatangani yang kita peroleh dari Kerajaan Norwegia ini termasuk yang paling besar. Utang-utang sebelumnya sudah lunas. Mereka baru pertama kali dalam proyek ini, sebelumnya mereka di bidang pegeboran minyak di Indonesia," jelasnya.

Untuk mencairkan pinjaman tersebut, Rahmat menyatakan masih memerlukan waktu yang cukup panjang. "Ini kita baru melakukan country agreement, masih ada purchase contract dengan dirjen perhubungan laut Kementerian Perhubungan, dan loan agreement dengan DJPU," ujarnya.

Untuk pengadaan barang tersebut, lanjut Rahmat, akan dilakukan lelang internasional secara transparan dan akuntabel. Artinya, barang tidak harus dari Norwegia. Lelang tersebut diharapkan bisa selesai dalam 3 bulan.

"Akan dilakukan secepatnya karena peralatan ini sangat diperlukan supaya bisa tahun ini, jadi bisa beberapa bulan, kalau lelang luar negeri kan 3 bulan mudah-mudahan bisa lebih cepat," harapnya.

Hari ini dilakukan penandatangan country agreement atas pinjaman tersebut. Dari Indonesia penandatangan dilakukan oleh Rahmat Waluyanto,sedangkan di pihak Norwegia diwakili Duta Besar Norwegia Eivind S. Homme. Rencananya, Senin mendatang (29/3/2010), Eivind akan bertemu dengan Menteri Perhubungan Fredy Numbery terkait pemberian dana tersebut.

(nia/dnl)

Ulasan:

Keputusan pemerintah Indonesia mendapatkan hutang dari Norwegia sangat baik. Apalagi dana tersebut digunakan untuk pembangunan nasional yaitu sistem monitor arus lalu lintas laut (The Vessel Traffic Services System) di bagian utara Selat Malaka, Sumatera. Saya harapkan dana tersebut dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah, jangan malah diselewengkan.

Produk Elektronik China Belum Gerogoti LG


Jakarta - Perjanjian perdagangan bebas antara China dan negara-negara di ASEAN (CAFTA) diprediksi akan mempengaruhi kondisi perdagangan barang elektronik di Indonesia.

Namun bagi LG, salah satu penguasa terbesar pasar elektronik, serbuan produk elektronik dari China belum begitu mengganggu pasar yang dikuasainya.

"Sejauh ini dampak dari CAFTA belum begitu berpengaruh pada penjualan kami," kata Michael Adisuhanto, Head of Home Appliances LG, di Jakarta, Senin (22/2/2010).

"Namun persaingannya nanti bisa semakin ketat," sergahnya ketika ditemui di sela peluncuran produk elektronik terbaru LG yang berlangsung di Rumah Imam Bonjol, Menteng.

Mengantisipasi persaingan yang ketat, LG sendiri lebih membidik pasar kelas atas yang memiliki jumlah konsumen lebih sedikit. Ceruk pasar di segmen itu dinilai masih memiliki potensi belanja yang sangat besar.

"Seperti produk lemari es Shine yang baru saja kami luncurkan. Meskipun harganya cukup tinggi, Rp 35 juta, namun kami yakin produk itu punya segmen pasar tersendiri. Buktinya kami berani menargetkan penjualan 50 unit per bulan," kata Michael.

Menurut dia, LG berani mengambil risiko mengejar ceruk pasar terbatas itu karena konsumen di level itu lebih cenderung memilih barang bukan dari sisi fungsionalitas saja, tapi juga dari segi emosionalitas.


Achmad Rouzni Noor II - detikinet


Ulasan :

CAFTA berpengaruh besar terhadap perkembangan industry indonesia. Untuk mengantisipasinya industry di indonesia harus lah membuat kebijakan-kebijakan yang innovatif agar dapat bersaing. Kebijakan LG tentang segmen pasar sangat lah baik dan patun dicontoh oleh pelaku industry lainnya. Tidak hanya kebijakan segmen pasar saja yang dapat dilakukan, kebijakan lain seperti innovasi produk dapat dilakukan dan dipertimbangkan.