Perilaku Etika Dalam Bisnis

Perilaku Etika Dalam Bisnis

1. Contoh penerapan moral bisnis dalam perusahaan:

Jawab

ü Contoh penerapan moral bisnis antara perusahaan dengan konsumen:

Perusahaan menghasilkan produk bermutu yang dapat dipercaya dan dengan harga yang layak.

ü Contoh penerapan moral bisnis antara perusahaan dengan karyawan:

Perusahaan membayar balas jasa yang layak bagi karyawan, memberi kesempatan naik pangkat atau promosi jabatan.

ü Contoh penerapan moral bisnis antara perusahaan dengan kreditur:

Hutang perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dibuat secara teratur.

ü Contoh penerapan moral bisnis antara perusahaan dengan orang yang menginvestasikan uangnya:

Manajemen mengelola perusahaan dengan baik, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi investor.

ü Contoh penerapan moral bisnis antara perusahaan dengan pesaing:

Persaingan dilakukan secara baik, tidak merugikan dan menghancurkan pihak lain.

2. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Pengendalian diri

Artinya pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etis”.

Contoh:

Pelaku bisnis tidak melakukan korupsi maupun menerima suap dari orang lain.

Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)

Pelaku bisnis di sini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.

Contoh:

Pelaku bisnis tidak menaikkan harga setinggi-tingginya ketika permintaan akan barang melonjak.

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya

Perkembangan informasi dan teknologi. Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

Contoh:

Dengan adanya perkembangan teknologi diharapkan penggunaan akan tenaga kerja manusia tidak berkurang.

Menciptakan persaingan yang sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah ke bawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.

Contoh:

Perusahaan besar tidak mematikan usaha perusahaan menengah, dengan cara saling berkerjasama dalam pemenuhan kebutuhan produksi ataupun kerjasama dalam hal lainnya.

Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan di masa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-“ekspoitasi” lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan di masa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

Contoh:

Pelaku bisnis hendaknya dapat menjaga keseimbangan lingkungan, tidak mementingkan keuntungan saja.

Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

Contoh:

Pelaku bisnis tidak melakukan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang apapun.

Mampu menyatakan yang benar itu benar

Artinya kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksakan diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.

Contoh:

Pelaku bisnis tidak melakukan kecurangan dalam bentuk apapun untuk mendapatkan kredit.

Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.

Contoh:

Perusahaan kuat mengeratkan hubungan dengan perusahaan lemah dan saling percaya antar kedua perusahaan.

Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu demi satu.

Contoh:

Adanya konsekuen dan konsisten antar pelaku bisnis agar etika bisnis dapat berjalan.

Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati

Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis

Contoh:

Pelaku bisnis haruslah mempunyai rasa sadar diri akan apa yang telah disepakati.

Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan

Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.

Contoh:

Adanya undang-undang dan kepastian hukum dalam etika bisnis.

  1. 4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam sebuah profesi :


Kredibilitas. Alasan yang masuk akal untuk bisa dipercayai, seseorang yang memiliki kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam hal ini karakter dan kemampuannya.

Contoh Penerapannya: seorang pemimpin dalam suatu perusahaan, misal Direktur, harus memiliki kredibilitas yang tinggi terhadap karyawan-karyawan yang dipimpinnya.

Profesionalisme. Sikap profesional, dimana seseorang harus bisa menempatkan diri untuk bersikap.

Contoh penerapannya: seorang auditor yang mengaudit perusahaan tempat salah satu kerabat atau saudaranya bekerja. Pada saat mengaudit sang auditor tidak boleh memandang sebagai keraba atau saudara tapi sebagi klien.

Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

Contoh penerapannya: KAP harus memiliki kualitas jasa yang tinggi agar mendapat respon yang baik di masyarakat.

Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

0 Response to "Perilaku Etika Dalam Bisnis"

Posting Komentar